Contoh Program Desa Siaga
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan masyarakat yang. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam menjalankan program desa siaga. Dalam Program Desa SIAGA. Juga berupaya menganjurkan dan member contoh kepada masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah yang kosong dengan menanam tanaman.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat Desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masya-rakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kesehatan sebagai hak azasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap manusia karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis, dan budaya. Kesehatan bagi sebagian masyarakat yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan rendah masih perlu diperjuangkan secara terus-menerus dengan cara mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan mereka. Di samping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga masih harus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan ( stakeholders) di berbagai jenjang administrasi. Untuk menunjang program pemerintah dibidang kesehatan, Desa Sukamantri mengawali program kesehatan melalui Program Desa Sehat pada Tahun 2005 dengan indikator kegiatan diantaranya: PHBS dan Sandas, kemudian Program Kontak Ibu pada Tahun 2006 dengan indikator kegiatan diantaranya: PHBS, Sandas, KIA dan Gizi.
Pada akhir tahun 2006 melalui Program Kontak Ibu Desa Sukamantri telah membentuk Desa Siaga (versi KIA). Pada awal pembentukannya, Desa Siaga yang dilaksanakan didesa Sukamantri baru menerapkan 4 Mekanisme Siaga, yakni: 1. Notifikasi 2. Dasolin/Tabulin, 3. Ambulan desa, 4. Kemudian Program MMK pada Tahun 2007 dengan indikator kegiatan diantaranya: PHBS, Sandas, KIA, Gizi, Surveilance dan Kegawatdaruratan & Bencana Alam. Dan pada saat ini Desa Sukamantri telah masuk pada fase program pasca MMK atau telah menjadi Desa Siaga Utama karena telah menerapkan indikator-indikator kesehatan yang sesuai dengan 8 indikator kesehatan program Pengembangan Desa Siaga berdasarkan SK Menkes No.
Sega gt 2002 soundtrack. 564 Tahun 2006. Desa Sukamantri terdiri dari 45 RT dan 13 RW. Adapun Perkembangan Desa Siaga di Desa Sukamantri berjalan bertahap, hal ini berkaitan dengan pembiayaan untuk menunjang perkembangannya. Pada awal pembentukan Desa Siaga Tahun 2006, di Desa Sukamantri baru membentuk Kampung Siaga di 4 RW yang menjadi RW Siaga, yaitu RW 05, 09, 10 dan 13. Kemudian setelah berjalan kurang lebih 1 tahun, melalui program PPK – IPM Kabupaten Sukabumi, bulan Desember tahun 2007 dikembangkan lagi dengan membentuk 9 RW Siaga Yaitu RW 01, 02, 03, 04, 06, 07, 08, 11, dan 12. Yang pada akhirnya di Desa Sukamantri seluruh RW yang jumlahnya 13 sudah menjadi RW Siaga.
Dari kegiatan desa siaga, diharapkan tercapainya keberhasilan program. Di desa Sukamantri, kegiatan desa siaga telah menbawa banyak perubahan.
Pada terbentuknya desa siaga cakupan linakes adalah sebesar 67% ditahun 2006, kondisi tersebut mengalami prubahan kearah yang lebih baik ditahun 2007 yakni sebesar 83,5%, ditambah pada tahun tersebut digulirkan program PPK IPM. Dan pada tahun 2008 sampai linakes meningkat ke angka 100%. Hal ini menunjukkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan mengalami peningkatan. Meski perubahan sosial yang terjadi sangat merongrong kualitas hidup masyarakat desa, namun masih ada ruang yang layak diperhitungkan untuk mengembangkan tatanan kehidupan bagi warga desa. Salah satu sifat masyarakat desa adalah kebergantungan antar warga yang sangat kuat. Hal ini yang mengharuskan warga untuk merawat hubungan baik dengan tetangga dan warga desa. Pola hubungan antar warga ini telah menghasilkan kekuatan yang masih bisa diperkuat kembali untuk membangun tatanan desa yang lebih baik.
Sifat kekerabatan juga menjadi sumber lahirnya kekuatan kebersamaan dan gotong royongyakni nilai – nilai empati dan saling ketergantungan antar tetangga yang membangkitkan kepekaan sosial antar warga. Bagi warga desa, hubungan baik dengan tetangga adalah harapan dan andalan utama dalam keadaan gawat darurat. Sehingga sangat penting bagi warga desa untuk tidak mencederai hubungan dengan tetangga.